Oleh: Fitriani Lestari
Sampailah diriku pada titik dimana mulai menyadari bahwa sudah terlalu lama aku jauh dari-Nya. Detik demi detik menghantarkan diriku untuk semakin dekat dengan-Nya. Langkah awal yang diriku lakukan untuk mendekat dengan-nya adalah aku harus “hijrah”. Hijrah yaitu berpindah ke lingkungan yang lebih baik, pindah dari melakukan hal yang sia-sia menjadi melakukan apa yang disukai oleh-Nya.
Kini, semakin merebak kata “hijrah” di kalangan masyarakat bahkan millenial. Bisa dibilang, hijrah masa kini merupakan fenomena dalam hal ber-fastabiqul khairat yang artinya berlomba-lomba dalam kebaikan. Merupakan sebuah pesan singkat akan tetapi memiliki makna yang sangat luar biasa.
Kebaikan yang dimaksud pastilah kebaikan yang sesuai dengan perintah Allah, seperti contoh menolong sesama, pedagang yang jujur dalam berjualan, guru yang bisa menjadi teladan untuk anak didiknya, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, tanam dan nyalakan semangat Fastabiqul Khairat di jiwa kita. Hijrah yang sesungguhnya pun harus memiliki niat yang benar karena Allah. Kita pun tidak pernah tahu, amalan apa yang bisa membawa kita ke surga-Nya kelak.
Terkadang kita sudah merasa hijrah, namun ada saja kerikil kecil yang bertebaran di jalan hijrah kita. Pertanyaannya, apakah kita kuat menghadapi kerikil kecil tersebut? Apakah kita bisa tetap teguh dengan jalan juang hijrah ini? Apakah di tengah perjalanan niat kita masih sama?
Maka segudang pertanyaan tersebut seharusnya bisa kita jawab dengan hati yang jernih.
“Jangan lelah lantas menyerah, ingat kembali tujuan awal yang sudah disematkan pada anak panah, walau payah namun bersabarlah. Jadikan senyuman sebagai warna terindah dan metamorfosanya adalah sedekah.”.